VIVAnews
- Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang terus melakukan
penelitian di punden berundak yang berasal dari masa megalitik ini.
Hasil penelitian menunjukkan adanya dugaan berbagai lapisan budaya di
Gunung Padang, atau yang lebih dikenal dengan sebutan multi component site.
Sebelumnya, Tim Terpadu memperlihatkan dugaan adanya dua lapisan budaya di Gunung Padang, dari hasil pengeboran di teras 3 dan teras 5. Pertama, hasil carbon dating di teras 3 memperlihatkan angka berasal dari 4.700 SM. Kedua, hasil carbon dating di teras 5 menunjukkan dugaan berasal dari 10.000 SM.
Tapi kemudian, dari hasil ekskavasi yang dilakukan di sebelah selatan Teras 5 Gunung Padang, tim arkeologi menemukan dugaan adanya lapisan budaya lain, yang lebih muda. Hasil ini didapat setelah tim menemukan adanya sisa pembakaran di kedalaman 66 cm.
"Diduga ada aktivitas manusia di kedalaman 66 cm, yang usianya 2.450 BP (before present) atau sekitar 500 SM," kata Koordinator Tim Arkeologi, Ali Akbar, saat berbincang dengan VIVAnews, 2 Agustus 2012.
Sebelumnya, Tim Terpadu memperlihatkan dugaan adanya dua lapisan budaya di Gunung Padang, dari hasil pengeboran di teras 3 dan teras 5. Pertama, hasil carbon dating di teras 3 memperlihatkan angka berasal dari 4.700 SM. Kedua, hasil carbon dating di teras 5 menunjukkan dugaan berasal dari 10.000 SM.
Tapi kemudian, dari hasil ekskavasi yang dilakukan di sebelah selatan Teras 5 Gunung Padang, tim arkeologi menemukan dugaan adanya lapisan budaya lain, yang lebih muda. Hasil ini didapat setelah tim menemukan adanya sisa pembakaran di kedalaman 66 cm.
"Diduga ada aktivitas manusia di kedalaman 66 cm, yang usianya 2.450 BP (before present) atau sekitar 500 SM," kata Koordinator Tim Arkeologi, Ali Akbar, saat berbincang dengan VIVAnews, 2 Agustus 2012.
Meski begitu, Tim
Arkeologi masih belum bisa menjelaskan mengenai aktivitas manusia
seperti apa dari temuan sisa pembakaran itu. Belum diketahui juga
konteks temuan sisa pembakaran dengan fungsi punden berundak Gunung
Padang, yang saat ini masih diyakini arkeolog sebagai tempat pemujaan.
Ali Akbar kemudian menjelaskan, adanya berbagai lapisan budaya merupakan hal yang biasa ditemukan dalam penelitian arkeologi. Sebagai contoh, Ali kemudian memberikan adanya lapisan budaya yang ditemukan saat pembuatan terowongan menuju Terminal Transjakarta di depan Stasiun Kota, Jakarta.
"Di lapisan atas ada aspal, kemudian ada bekas jalanan lain yang lebih tua. Di bawahnya ada bekas rel trem yang pernah beroperasi. Kemudian di bawahnya, ada lagi struktur bangunan yang diduga benteng Kota Batavia," ujar Ali Akbar.
Meski demikian, secara garis besar Ali Akbar menyebut ada dua kesimpulan yang ingin disampaikan mengenai penelitian Gunung Padang. Pertama, Gunung Padang merupakan bangunan prasejarah yang sebelumnya diperkirakan kecil, ternyata memiliki luas yang sangat besar, hampir 15 hektar.
Ali Akbar kemudian menjelaskan, adanya berbagai lapisan budaya merupakan hal yang biasa ditemukan dalam penelitian arkeologi. Sebagai contoh, Ali kemudian memberikan adanya lapisan budaya yang ditemukan saat pembuatan terowongan menuju Terminal Transjakarta di depan Stasiun Kota, Jakarta.
"Di lapisan atas ada aspal, kemudian ada bekas jalanan lain yang lebih tua. Di bawahnya ada bekas rel trem yang pernah beroperasi. Kemudian di bawahnya, ada lagi struktur bangunan yang diduga benteng Kota Batavia," ujar Ali Akbar.
Meski demikian, secara garis besar Ali Akbar menyebut ada dua kesimpulan yang ingin disampaikan mengenai penelitian Gunung Padang. Pertama, Gunung Padang merupakan bangunan prasejarah yang sebelumnya diperkirakan kecil, ternyata memiliki luas yang sangat besar, hampir 15 hektar.
Foto: Ali Akbar
|
Foto: Ali Akbar
|
"Prospek ini menjadi
bangunan prasejarah terbesar di dunia sangat besar. Bahkan jika ini
berasal dari 500 SM. Tapi perkiraan kami Gunung Padang berasal dari usia
yang lebih tua," ucapnya.
Berdasarkan perbandingan
struktur bangunan Gunung Padang dengan temuan megalitik lain, seperti di
Pasir Angin, Lebak Cibadak, atau Pugung Raharjo, sebagian besar ahli
arkeologi percaya Gunung Padang berasal dari periode Megalitik antara
2.500 SM hingga 1.500 SM.Kedua, menurut Ali Akbar, hasil pengeboran yang menunjukkan usia 10.000 SM juga bukan temuan yang bisa dianggap remeh. Arkeolog, memang belum melakukan ekskavasi hingga kedalaman 8 - 10 meter di Teras 5, yang memperlihatkan hasil 10.000 SM, sehingga belum bisa membuktikan bahwa 10.000 SM itu merupakan lapisan budaya.
Meski begitu, dari sudut pandang geologi, usia 10.000 SM di kedalaman 8 - 10 meter terbilang muda. Sebab, jika Gunung Padang terbentuk secara alamiah, setidaknya kedalaman tersebut berusia jutaan tahun.