Tak banyak orang tahu, bahwa kata ‘Papua’ tidak disukai oleh penduduk asli bumi Cendrawasih tersebut. Mereka lebih suka menyebut negeri mereka dengan nama Nuu Waar.
Nuu Waar adalah dua kata bahasa Irarutu di kerajaan Nama Tota Kaimana, yakni Nuu Eva. Nuu bermakna sinar, pancaran atau cahaya. Sementara Waar dari kata Eva, yang makna pertama adalah ‘mengaku’ atau diterjemahan dengan makna lebih dalam yang artinya ‘menyimpan rahasia’. Dari bahasa Onim (Patipi) Nuu juga adalah cahaya. Waar artinya perut besar yang keluar dari perut Ibu. Maka nama Nuu Waar artinya negeri yang mengaku menyimpan atau memikul rahasia.
Nama Nuu Waar nama yang berkembang dengan siar islam sejak kehadiraan Samudera Pasai, Raden Fatah pada abad 13 M, Aru Palaka sampai Sultan Tidore pada abad 15 M dengan wilayah Kesultanan dan kekuasaan melalui perdagangan sampai ke Nuu Waar.
Pergantikan nama Nuu Waar menjadi Papua dan Irian terjadi sejak 1214 masehi. Kata Papua’ itu sendiri diambil dari beberapa bahasa daerah di Nuu Waar, yang maknanya hitam, keriting, bodoh, jahiliah, jahat, perampok, pemeras, pemerkosa, bahkan lebih sadis dimaknai sebagai suka makan orang.
Makna negatif itulah yang membuat suku asli tidak suka pada kata ‘Papua’. Namun oleh bangsa Portugis kata it uterus dikembangkan, sehingga membentuk opini. Upaya tersebut juga bagian dari politik memecah belah warga setempat. Setelah bangsa Portugis tidak lagi menjajah, nama Papua terus dipopulerkan oleh Belanda.
Selain ‘Papua’, kata ‘Irian’ juga tidak begitu disukai penduduk setempat. Kenapa? Kata ‘Irian’ berasal dari beberapa bahasa daerah di Nuu Waar. Kata Mariiyen dari bahasa Biak artinya bumi yang panas, bahasa Onim (Patipi) dari Tiri Abuan arti ‘Irian’ adalah daratan besar. Kata ‘Irian’ juga berasal dari bahasa Arab: ‘Urryan’.
Lho kenapa Arab bisa masuk ke Irian? Bahwa sesungguhnya Islam lebih dulu masuk ke Nuu Waar. Agama Islam sudah masuk sejak 1214 M dan dibawa oleh Syaikh Iskandar Syah dari Kerajaan Samudera Pasai. Lalu dilanjutkan oleh Raden Fatah pada 1400 M; Aru Pataka dari Bone (1611) dan Sultan Tidore (1816). Barulah pada Februari 1885, Kristen Protestan masuk dan pada16 Maret 1930 masuk Kristen Katholik.
Ketika ulama besar sekaligus pujangga Islam Ibnu Batuta melakukan expedisi keliling dunia dan mendarat di Nuu Waar pada 1517 M, penduduk setempat masih berkoteka. Dari situ keluar nama ‘Urryan’ untuk penduduk di Nuu Waar, yang berarti ‘Negeri orang telanjang’. Namun, sejak masa penjajahan Belanda sampai kemerdekaan, kata ‘Urryan’ (baca: Irian) dipergunakan daripada Nuu Waar. Bahkan ketika Abdul Rahman Wahid (Gus Dur) menjadi Presiden, Irian menjadi Papua yang artinya mengembalikan lagi makna negatif yang tidak disukai oleh penduduk setempat.